Pengertian dan Penjelasan dari Kaldera Gunung Api



Pengertian dan Penjelasan dari Kaldera Gunung Api [Image by rahadiona.blogspot.com],
Berdasarkan kekuatannya, erupsi atau letusan gunung api dibedakan menjadi dua yaitu efusif dan eksplosif. Dari kedua jenis letusan gunung api tersebut, letusan eksplosif lah yang paling keras dan paling dahsyat serta paling merusak. Pada letusan eksplosif juga gunung api memuntahkan bahan-bahan material serta lava yang terkandung dalam perut gunung api tersebut.

Letusan gunungapi berupa eksplosif dapat mengakibatkan terbentuk nya kawah (lubang kepundan) di ujung pipa gunungapi (diatrema) sebagai sisa tempat keluarnya material yang dimuntahkan saat erupsi. Ukuran lubang kepundan ini sangat ber variasi.
Baca juga informasi lainnya yang berhubungan dengan Gunung Api dibawah ini:
Ada yang hanya beberapa meter saja, namun ada pula yang diameternya sangat luas dengan dinding kawah yang curam. Kawah yang ukurannya sangat luas ini dinamakan kaldera.


Nama Kaldera adalah sebuah sebutan atau nama untuk kawah yang sangat lebar dan cukup datar. Kaldera ini berasal dari bahasa Spanyol yang berarti kawah. Nama tersebut kali pertama dipergunakan untuk suatu lubang yang sangat lebar di kepulauan Kanari yang bergaris tengah kira-kira 5 km dan dikelilingi oleh karang-karang yang menjulang setinggi 900 meter.

Kaldera terjadi dari letusan dan jatuhnya suatu kepundan gunungapi lama, dan menyebabkan kawah menjadi lebih lebar dan lebih dangkal. (Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2000) Menurut seorang ahli ilmu kebumian Arthur L. Bloom, panjang diameter suatu kaldera minimal 1,6 kilometer.


Beberapa contoh gunungapi di Indonesia yang memiliki kaldera antara lain sebagai berikut.
  1. Gunung Krakatau (Selat Sunda) dengan diameter kaldera sekitar 7 km.
  2. Gunung Batur (Bali) dengan diameter kaldera sekitar 10 km.
  3. Gunung Ijen (Jawa Timur) dengan diameter kaldera sekitar 11 km.
  4. Gunung Tambora (Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara) dengan diameter kaldera sekitar 6 km.


Sumber pustaka : Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo ; penyunting, Paula Susanti . -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Baca juga:

Materi Lainnya:

Jenis Erupsi Gunung Api Bedasarkan Bentuk Lubang Kepundannya



Jenis Erupsi Gunung Api Bedasarkan Bentuk Lubang Kepundannya [Image by afiqofagung.wordpress.com],
Salah satu erupsi atau letusan gunung api yang paling dahsyat yaitu erupsi gunung Krakatau yang berada diselat sunda. Saking dahsyatnya letusan gunung tersebut, suaranya dapat didengar hingga berkilo-kilo meter jauhnya. Hasil letusan gunung ini menghasilkan sebuah kawah yang sangat luas yaitu berdiameter sekitar 7 km.

Selain Berdasarkan sifat dan kekuatannya, erupsi juga dapat dibedakan berdasarkan bentuk lubang kepundan tempat keluarnya magma dari tubuh gunungapi. Berdasarkan hal ini kita mengenal tiga jenis erupsi, yaitu sebagai berikut.
Baca juga informasi lainnya yang berhubungan dengan Gunung Api dibawah ini:
1. Erupsi Linear yaitu peristiwa letusan gunungapi, ketika magma yang dikandungnya keluar melalui retakan yang meman jang seperti sebuah garis. Fenomena alam yang tampak di muka Bumi akibat erupsi linear adalah deretan gunungapi yang memanjang, seperti terdapat di Laki Spleet (Islandia) dengan panjang rekahan mencapai 30 kilometer.

2. Erupsi Areal yaitu jenis erupsi ketika dapur magma letaknya sangat dekat dengan permukaan bumi sehingga mampu membakar dan melelehkan lapisan batuan di sekitarnya sampai membentuk lubang yang sangat besar. Lava yang keluar melalui lubang kepundan yang sangat besar ini kemudian mengalir ke wilayah yang sangat luas di sekitarnya. Contohnya antara lain wilayah antara Argentina sampai Paraguay di Amerika Selatan.


3. Erupsi Sentral yaitu jenis erupsi ketika material gunungapi keluar melalui sebuah lubang atau pusat erupsi sehingga membentuk kerucut gunungapi yang berdiri sendiri (single volcano). Erupsi sentral merupakan tipe letusan yang paling banyak dijumpai di muka bumi. Hampir semua gunungapi yang ada di Indonesia merupakan hasil erupsi sentral.


Sumber pustaka : Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo ; penyunting, Paula Susanti . -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Jenis Erupsi Gunung Api Berdasarkan Sifat dan Kekuatannya



Jenis Erupsi Gunung Api Berdasarkan Sifat dan Kekuatannya
Proses meletusnya gunung api biasa disebut dengan erupsi, pada saat gunung api melakukan proses erupsi tersebut banyak material-material yang dikeluarkannya salah satunya yaitu aliran lava yang sangat panas yang keluar dari mulut gunung api.

Letusan serta tenaga yang dikeluarkan saat meletus juga ada yang dahsyat, keras, dan pelan tergantung dari aktivitas gunung api tersebut. Berdasarkan sifat dan kekuatannya, erupsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.
Baca juga informasi lainnya yang berhubungan dengan Gunung Api dibawah ini:
  • Efusif yaitu proses erupsi berupa lelehan lava melalui retakanretakan yang terdapat pada tubuh gunungapi. Efusif biasanya terjadi jika magma yang terkandung dalam gunungapi sifatnya encer serta kandungan gasnya relatif sedikit.
  • Eksplosif yaitu erupsi gunungapi berupa ledakan yang memuntahkan bahan-bahan piroklastik di samping lelehan lava. Eksplosif dapat terjadi jika magma yang terdapat dalam tubuh gunungapi sifatnya kental dengan kandungan gas yang tinggi sehingga tekanannya sangat kuat.

Like, Share, dan Subscribe yah teman. :)



Sumber pustaka : Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo ; penyunting, Paula Susanti . -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Penjelasan dan Pengertian Tanah Litosol, Tanah Humus dan Tanah Grumusol



Tanah Humus [Image by valkauts.wordpress.com],
Penjelasan dan Pengertian Tanah Litosol, Tanah Humus dan Tanah Grumusol ~ Tanah litosol adalah tanah yang teksturnya banyak mengandung pasir kasar dan kerikil yang belum melapuk. Tanah humus dibentuk oleh sisa-sisa tumbuhan (serasah) yang mengalami pembusukan secara alamiah. Jenis tanah ini banyak dijumpai di kawasan hutan yang memiliki tingkat kelembapan tinggi. Ciri tanah humus adalah tingkat kesuburannya tinggi serta warnanya yang gelap karena banyak mengandung bahan organik.

Tanah grumusol merupakan jenis tanah yang terdapat di wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan tahunan tinggi (antara 1.000– 2.000 milimeter per tahun), ketinggian wilayahnya lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut, serta topografinya landai sampai bergelombang.

Batuan dasar yang membentuk tanah grumusol antara lain abu vulkanik dan tanah liat. Warna tanah grumusol umumnya kelabu kehitam-hitaman. Kandungan bahan organiknya relatif rendah. Tanah ini cukup baik untuk dijadikan lahan pertanian padi, jagung, dan kedelai. Daerah persebaran grumusol, antara lain Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, dan Sulawesi Selatan.

Sumber pustaka : Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo. -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Baca juga:

Materi Lainnya:

Penjelasan dan Pengertian Tanah Gambut dan Tanah Margalit



Tanah gambut  [Image by planetcopas.blogspot.com],
Penjelasan dan Pengertian Tanah Gambut dan Tanah Margalit ~ Tanah gambut dibentuk oleh bahan-bahan organik seperti sisa-sisa ranting, daun, dan batang tetumbuhan yang belum melapuk secara sempurna dan sering terendam air sehingga tingkat kesuburannya sangat rendah. Sifat lain dari gambut adalah tingkat keasamannya yang tinggi sehingga sangat sulit untuk dibudidayakan sebagai lahan pertanian.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kesuburan gambut dapat dilakukan dengan mengeringkan lahan gambut dan dilakukan pengapuran sampai pH-nya menjadi netral. Jenis tanah gambut tersebar di pantai timur Sumatra, pantai Kalimantan Barat dan Selatan, serta pantai Papua.

Tanah Margalit dibentuk oleh batuan dasar yang terdiri atas batu gamping (kapur), pasir, dan lempung (liat). Sifat tanah margalit adalah subur dan terdapat di sekitar perbukitan dataran rendah.

Daerah persebaran tanah margalit antara lain Kediri, Madiun, Madura, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara. Jenis tanah ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk sebagai areal pertanian lahan kering, perkebunan tebu, dan hutan jati.

Sumber pustaka : Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo. -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Baca juga:

Materi Lainnya:

Pengelompokan Batuan Sedimen Berdasarkan Cara Pengendapannya



Batu Konglomerat [Image by pengetahuan-dan-hiburan.blogspot.com],
Pengelompokan Batuan Sedimen Berdasarkan Cara Pengendapannya ~ Berdasarkan cara pengendapannya, batuan sedimen dibagi atas dua jenis, yaitu Hancur mengendap  dan Larut mengendap. Berikut ini penjelasan dari kedua jenis batuan sedimen tesebut berdasarkan cara pengendapannya.

Hancur mengendap. Jenis endapannya disebut endapan klastik atau endapan mekanis. Berdasarkan ukuran butirannya, sedimen klastik terbagi menjadi dua jenis, yaitu Tekstur (butiran) kasar, biasanya diendapkan di lingkungan darat, sungai, atau danau.

Contoh jenis ini antara lain breksi, konglomerat, dan batu pasir; dan Tekstur (butiran) halus, biasanya diendapkan di lingkungan laut. Contohnya antara lain batu lempeng, lanau, serpih, dan napal. Larut mengendap. Prosesnya terdiri atas proses langsung dan tidak langsung. Proses langsung. Akibat adanya campuran pengaruh unsure lain, batuan akan melarut dan mengendap dengan cepat membentuk batuan lain.

Salah satu bentuknya akan membentuk batuan sedimen evaporit. Batuan sedimen ini terjadi akibat adanya penguapan dari larutan yang mengandung bahan baku dari batuan tersebut. Syarat terbentuknya batuan evaporit adalah sebagai berikut.
  1. Adanya wilayah perairan yang mengandung larutan kimia cukup pekat seperti larutan garam.
  2. Wilayah perairan tersebut merupakan kawasan yang tertutup seperti danau atau laut yang tidak berlepasan (laut di pedalaman benua). Akibat proses penguapan akan terjadi proses penambahan unsur-unsur yang terkandung dalam larutan tersebut.
  3. Tingkat penguapan sangat tinggi, sehingga terbentuk endapan dalam jumlah yang banyak untuk membentuk batuan sedimen evaporit. Contoh batuan sedimen evaporit antara lain gips, anhidrit, dan batu garam.
Proses tidak langsung. Pembentukan batuan baru yang dibentuk dalam waktu yang relatif lama dan mendapat pengaruh dari bahan-bahan organik. Contohnya, sedimen batubara.

Batubara adalah jenis batuan sedimen yang terbentuk atas unsur-unsur organik berupa sisa-sisa tumbuhan terutama sejenis pakis. Pada saat tumbuhan mati, dengan cepat tetumbuhan tidak sampai lapuk. Akibat suhu dan tekanan tinggi dalam waktu yang sangat lama, sisa tumbuhan berubah menjadi endapan batubara.

Sumber pustaka : Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo. -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Baca juga postingan lainnya yang berkaitan dengan "tanah dan batuan" berikut ini :

Materi Lainnya:

4 (Empat) Wilayah Utama Bentukan Relief Dasar Laut



Laut [Image by belajarhidup.wordpress.com],

Ada bagian-bagian dasar laut berupa cekungan, lereng yang curam, ngarai yang sangat dalam, maupun punggungan atau pegunungan. Bentukan relief dasar laut tersebut tersebar di empat wilayah utama, yaitu Continental Shelf, Continental Slope, Ocean Floor, dan The Deep. Berikut penjelasan wilayah utama bentukan relief dasar laut tersebut.


1. Paparan Benua (Continental Shelf)

Landas kontinen atau paparan benua adalah wilayah laut dangkal dengan topografi relatif datar atau landai. Kemiringan lereng paparan benua berkisar antara 0°–1°. Kedalaman landas kontinen umumnya tidak lebih dari 200 meter.

Menurut para ahli oseanografi, landas kontinen sebetulnya merupakan wilayah kelan jutan benua yang tertutup air laut. Contoh landas kontinen yang terdapat di negara kita, antara lain landas kontinen Asia (Paparan Sunda) dan landas kontinen Australia (Paparan Sahul).

2. Lereng Samudra (Continental Slope)

Lereng samudra adalah zone peralihan antara paparan dan wilayah laut dalam atau dasar Samudra. Topografi continental slope didominasi oleh lereng yang sangat curam dengan kedalaman antara 200–1.800 m. Kemiringan lereng benua umumnya berkisar antara 5° atau lebih.

3. Dasar Samudra (Ocean Floor)

Dasar samudra adalah zone dasar Samudra yang dalam dan merupakan wilayah terluas di muka Bumi, yaitu sekitar 59% dari seluruh permukaan Bumi. Kedalaman dasar Samudra lebih dari 1.800 meter sebagian besar topografi dasar samudra merupakan wilayah yang datar.

4. The Deep

The deep adalah cekungan-cekungan yang sangat dalam di dasar samudra. Pada umumnya, topografi the deep adalah berupa lubuk (basin) dan palung laut (trench dan trough). Lubuk laut adalah bentukan dasar samudra berupa cekungan yang relatif hampir bulat, yang terjadi akibat peme rosotan muka Bumi karena adanya tenaga endogen. Contoh lubuk laut di perairan Indonesia antara lain basin Banda, basin Sulu, dan basin Sulawesi.

Sumber pustaka : Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo. -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Penggolongan Laut Berdasarkan Kedalamannya



Laut [Image by belajarhidup.wordpress.com],

Fenomena hidrosfer yang paling luas adalah laut, dimana luasnya ini lebih dari 70% dari luas seluruh permukaan bumi. Laut merupakan kumpulan massa air asin yang terdapat pada sebuah cekungan yang sangat luas.


Klasifikasi laut dilihat dari zonasi kedalamannya dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu Zone Litoral (zone pasang–surut), Zone Neritik (wilayah laut dangkal), Zone Bathial (wilayah laut dalam) dan Zone Abyssal (wilayah laut yang sangat dalam).

Penjelasan dari keempat jenis laut tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Zone Litoral (zone pasang–surut) yaitu wilayah pantai yang pada saat air laut pasang wilayah ini tertutup air laut, sedangkan saat surut menjadi wilayah daratan;
  2. Zone Neritik (wilayah laut dangkal) yaitu wilayah laut mulai dari zone pasang surut sampai kedalaman sekitar 150 meter. Zone neritik merupakan wilayah yang paling kaya dengan organisme laut sebab kawasannya masih dapat ditembus oleh sinar matahari.
  3. Zone Bathial (wilayah laut dalam) yaitu wilayah laut mulai dari kedalaman 150 meter sampai sekitar 1.800 meter; Zone Abyssal (wilayah laut yang sangat dalam) yaitu wilayah laut yang memiliki kedalaman lebih dari 1.800 meter.
  4. Zone abyssal umumnya merupakan dasar Samudra atau berupa palung maupun lubuk laut yang sangat dalam. Suhu air di wilayah ini sangat dingin, dan bentuk-bentuk kehidupan sangat sedikit karena sinar matahari sama sekali tidak sampai.
Sumber pustaka : Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo. -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS)



Daerah Aliran Sungai (DAS) [Image by www.antarabengkulu.com],

Daerah Aliran Sungai adalah keseluruhan wilayah yang airnya berpelepasan pada sungai induk (sungai utama) bersama dengan anak-anak sungainya jika terjadi hujan. Antara satu daerah aliran sungai dengan daerah aliran sungai yang lain biasanya dibatasi jalur punggungan berupa perbukitan atau pegunungan. Wilayah pembatas dua DAS dikenal dengan istilah Batas Pengaliran Sungai (igir).


Secara umum, daerah aliran sungai dibagi menjadi 3 wilayah yaitu Daerah Aliran Hulu (DAH), Daerah Aliran Tengah (DAT) dan Daerah Aliran Hilir (DAH). Berikut ini merupakan ciri-ciri dari ketiga Daerah Aliran Sungai tersebut.

1. Daerah Aliran Hulu
Ciri-ciri khas yang menandai wilayah pengaliran bagian hulu antara lain:
  • biasanya merupakan daerah berbukit-bukit atau bergunung-gunung;
  • lembah sungai umumnya menyerupai huruf V dengan tebing curam. Bentuk lembah ini dikarenakan aliran air sungai masih sangat deras sehingga proses erosi menggerus ke dasar sungai;
  • di sekitar badan sungai banyak dijumpai bongkah-bongkah batuan yang berukuran besar dan bersudut relatif runcing;
  • banyak terdapat jeram atau air terjun.
2. Daerah Aliran Tengah
Ciri-ciri khas daerah aliran tengah antara lain:
  • wilayah bagian tengah pada umumnya sudah merupakan kawasan dataran yang relatif landai;
  • kondisi wilayah yang landai memungkinkan proses erosi berlangsung ke arah vertikal dan lateral secara seimbang, sehingga bentuk lembah biasanya menyerupai huruf U;
  • di sekitar badan sungai banyak dijumpai batu-batu guling yang permukaannya relatif bulat dan ukurannya tidak sebesar batuan di wilayah hulu. Batu-batu guling yang permukaannya relative bulat ini terjadi akibat pemolesan oleh material yang diangkut air sungai, terutama kerikil dan pasir;
  • jeram dan air terjun sudah jarang dijumpai atau bahkan tidak ada.
3. Daerah Aliran Hilir
Wilayah pengaliran bagian hilir ditandai dengan ciri khas antara lain:
  • merupakan kawasan yang sangat datar dan mendekati muara sungai;
  • aliran sungai sangat lamban;
  • banyak dijumpai aliran sungai yang berkelok-kelok (meander),
  • banyak terdapat kali mati (oxbow lake), yaitu aliran meander yang terpotong;
  • merupakan daerah dataran banjir (flood plain) yang cukup luas;
  • bentuk lembah sangat lebar; dan
  • banyak dijumpai bantaran sungai sebagai hasil sedimentasi lumpur dan pasir-pasir yang halus.
Sumber pustaka : Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo. -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya: