Makna Logo Kedatuan Luwu



Logo Kedatuan Luwu terdiri 15 komponen dan tiga bagian. yaitu;
  1. Payung berwarna merah, melambangkan Pajung Luwu dimana ujungnya berbentuk bunga mekar menghadap ke langit, bermakna, senantiasa berdoa dan bertawakkal kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
  2. Tangrasula yang terpatri pada puncak payung melambangkan kepemimpinan yang berkesinambungan, bermakna, wibawa topoatae manurungnge senantiasa menjelma pada Datu/Pajung Luwu.
  3. Les berwarna ungu melambangkan wijanna kamummu yang bermottokan massolompawo, mengelle wae pasang, bermakna, kepemimpinan dalam Kedatuan Luwu senantiasa berasazkan amanah aspirasi dari bawah untuk kemaslahatan masyarakat.
  4. Rumbai pajung berwarna kuning berbentuk pucuk waru berjumlah 12 yang menghadap ke bawah, melambangkan, ade seppulo dua sebagai sendi kepemimpinan Datu/Pajung Luwu, bermakna, ke-12 personal Hadat Luwu senantiasa pro aktif mengayomi segenap rakyat Luwu dibawah koordinasi/kepemimpinan Datu/Pajung Luwu.
  5. Pusaka bassi pakkae yang terhunus dari warangkanya, melambangkan, telah tiba masanya bagi Kedatuan Luwu untuk membuka diri dengan melibatkan masyarakat dalam hal pelestarian adat tradisi dengan tetap dalam kerangka keluhuran tatanan pangaderang, bermakna, terhunusnya bassi pakkae dari warangkanya adalah kesiagaan/kesiapan Kedatuan Luwu dalam rangka menanggulangi/memerrangi segala bentuk abrasi nilai luhur Tana Luwu dengan tetap dalam kerangka NKRI.
  6. Sayap besar berjumlah 12 lembar pada kiri kanan, melambangkan, Luwu sebagai suatu bangsa yang melingkupi 12 anak suku. Sayap teratas pada masing-masing sisi merangkul/memegang kedua sisi payung, bermakna, ke-12 anak suku senantiasa menjaga dan menopang kemuliaan dan keagunan Datu/Pajung Luwu.
  7. Sayap perisai berjumlah 3 lembar dengan masing-masing sayap terukir dalam jumlah bulu suir, melambangkan, ana tellue yang mewilayahi daerah Lilina Tana Luwu sebagai berikut; Baebunta terdiri 9 Lilim Bua terdiri 6 Lili, dan Ponrang terdiri 5 Lili Tana Luwu adalah perisai kedamaian dan kemakmuran yang dihuni oleh 12 anak suku bangsa Luwu.
  8. Guci pego berwarna hitam, melambangkan, kesatuan Luwu yang didirikan oleh papoatae manurungnge ri ussu adalah suatu negeri yang dihuni oleh bangsa yang jujur (warna hitam adalah simbol kejujuran dan kesatuan) dengan senantiasa dimuliakan sebagaimana maksud simbol yang terkandung dalam guci pego itu sendiri, bermakna, Tana Luwu dengan sumber daya alamnya yang kaya dihuni oleg bangsa yang damai dan sejahtera.
  9. Singkerru mulajaji, melambangkan, rahasia takdir yang diemban manurungnge atas amanah Tuhan Yang Maha Kuasa, bermakna, pengenalan (pappejeppu) terhadap sifat keabadian Tuhan Yang Maha Kuasa yakni "bil awwaliina wal akhiriin" (Dia yang awal dan Dia yang akhir) beserta dengan rahasia takdir yang ditentukan-Nya sendiri dengan tiada sekutu bagi-Nya.
  10. Lingkaran tulu parajo yang melingkari singkerru, mulajajji adalah melambangkan, kesatuan Tana Luwu dan Wija Luwu yang senantiasa bersatu dalam melestarikan adat dan budaya Luwu.
  11. Daun lawo sebanyak tiga lembar yang menjadi alas guci pego, melambangkan, makna kosmogony Luwu yakni botinglangi, alekawa, dan uriliung.
  12. Bunga lawo sebanyak dua pucuk dan dua masing-masing sulurnya menjunjung dua azas pangaderang yakni siri na pesse (martabat dan kemanusiaan). Kemudian sulurnya yang berjumlah dua masing-masing adalah melambangkan kesatuan ade'na sara' (adat dan syariat Islam).
  13. Lakkaa yang menjad alas bagi segala komponen diatasnya melambangkan, Tana Luwu dan para Wija Luwu senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai pangaderang sebagaimana Istana Kedatuan Luwu sebagai pusat pengayom pangaderang.
  14. Angka romawi XL yang terletak di bawah lakkaa bermakna, lambang Kedatuan Luwu ini dirancang atas titah Sri Paduka Topoatae Datu Luwu ke-XL kepada perancang lambang ini.
  15. Pita kuning bertuliskan "KEDATUAN LUWU" dengan huruf balok latin berwarna merah dan huruf Lontara SA pada kedua ujungnya yang terbelah dua, bermakna, keagungan atas kemuliaan Kedatuan Luwu yang berkesinambungan dan senantiasa bersatu dan sempurna pada keempat sudut nilai universal, serta berpegang teguh pada norma taro ada taro gau (keselarasan kata dan perbuatan).
Secara keseluruhan komponen pada lambang tersebut, jika dilingkarkan garis pada pinggirnya maka nampaklah berbentuk kesatuan bundar telur yang bermakna mallibu ittello (buloat/bundar telur) yang diartikan sebagai kebulatan tekad dan solidaritas/kesatuan yang kuat dan selaras bagi segala komponen Luwu sebagai suatu bangsa.

Selain dari itu, komponen-komponen lambang jika diperhatikan secara seksama, nampaklah tiga bagian yang bersusun dari atas ke bawah, yaitu, bagi pertama terdiri pajung, tanrasula, dan bassi pakka. Bagian kedua terdiri sayap, guci pego, dan singkerru mulajaji. Bagian ketiga terdiri lawo, lakka, dan pita,

Pada akhirnya, keseluruhan komponen lambang jika digabungkan menurut penamaannya dalam bahasa ware, teranglah kalimat sebagai berikut "pego-pego ri lelangna TanaE Luwu, kutoi mutadangpali ri pangedereng alebbirengna Luwu, kutoi muwacinaung ri Pajung Maejana Luwu" yang artinya kemanapun anda pergi dalam wilayah Kedatuan Luwu, disanalah anda berpijak pada tatanan adat kemuliaan Luwu, disanalah pula anda bernaung pada payung merah Luwu). [sumber]


Materi Lainnya:

0 Response to "Makna Logo Kedatuan Luwu"

Post a Comment