Pengertian Biocycle Darat, Biocycle Air Tawar, dan Biocycle Air Asin



Biocycle [image by greeners.co], 
Pada umumnya para ahli biologi mengklasifikasikan tumbuhan menjadi 5 kelompok besar, yaitu Schizophyta (tumbuhan bersel satu), Thallophyta (tumbuhan jenis talas-talasan), Pteridophyta (tumbuhan jenis paku-pakuan), Bryophyta (tumbuhan jenis lumut), dan Spermatophyta.

Tumbuh-tumbuhan tersebut tersebar di tiga biocycle atau lingkungan muka bumi, yaitu biocycle darat, biocycle air tawar (wilayah perairan darat), dan biocycle air asin (wilayah laut).
Baca juga informasi lainnya yang berhubungan dengan Lingkungan dibawah ini:
1. Biocycle Darat
biocycle darat merupakan lingkungan yang menjadi penyebaran tumbuhan khas daratan. Tumbuhan yang menutupi wilayah darat sangat bervariasi, baik ragam maupun jumlahnya. Wilayahnya tersebar mulai dari zona pantai sampai ke pegunungan, mulai dari kawasan khatulistiwa sampai wilayah kutub. Biocycle darat terdiri atas lingkungan hutan, lingkungan sabana, lingkungan padang rumput, lingkungan gurun.

2. Biocycle Air Tawar
biocycle air tawar merupakan lingkungan yang menjadi penyebaran tumbuhan-tumbuhan yang hidup di perairan darat atau air tawar. Biocycle air tawar terdiri atas lingkungan sungai, danau, kolam, rawa atau paya-paya. Contoh jenis tumbuhan yang menjadi komponen ekosistem air tawar antara lain, selada air, bunga teratai, dan eceng gondok. Selain itu, hidup beberapa jenis lumut dan ganggang.

3. Biocycle Air Asin
biocycle air asin merupakan lingkungan yang menjadi penyebaran tumbuhan yang tumbuh disekitar wilayah laut atau perairan air asin. Biocycle air asin sebagian besar terbentang mulai dari zona pantai sampai wilayah perairan laut yang masih tertembus sinar matahari (zona fotik). Hal ini sangat berkaitan dengan proses fotosintesis tumbuhan yang membutuhkan sinar matahari.

Beberapa jenis flora yang hidup di lingkungan perairan laut, antara lain alga biru, alga merah, dan rumput laut. Adapun yang hidup di sekitar pantai, antara lain kelapa, pandan pantai, hutan bakau (mangrove), nipah, rumbia, dan beberapa jenis rerumputan khas pantai. Berikut ini disajikan perwilayahan biota air laut.

Sumber referensi: Geografi 2 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial / penulis, Bambang Utoyo ; penyunting, Paula Susanti. -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Pengelompokkan Jenis Tumbuhan Berdasarkan Tingkat Kelembapan Lingkungannya



Tanaman gurun [image by medium.com],  
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di muka bumi, salah satunya adalah faktor kelembapan. Kelembapan udara yaitu banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara. Tingkat kelembapan udara berpengaruh langsung terhadap pola persebaran tumbuhan di muka bumi.

Beberapa jenis tumbuhan sangat cocok hidup di wilayah yang kering, sebaliknya terdapat jenis tumbuhan yang hanya dapat bertahan hidup di atas lahan dengan kadar air yang tinggi. Berdasarkan tingkat kelembapannya, berbagai jenis tumbuhan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok utama, yaitu sebagai berikut.
Baca juga informasi lainnya yang berhubungan dengan Lingkungan dibawah ini:
  1. Xerophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap lingkungan hidup yang kering atau gersang (kelembapan udara sangat rendah), seperti kaktus dan beberapa jenis rumput gurun.
  2. Mesophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan yang lembap, seperti anggrek dan jamur (cendawan).
  3. Hygrophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan yang basah, seperti eceng gondok, selada air, dan teratai.
  4. Tropophyta, yaitu jenis tumbuhan yang mampu beradaptasi terhadap perubahan musim kemarau dan penghujan. Tropophyta merupakan flora khas di daerah iklim muson tropis, seperti pohon jati.
Sumber referensi: Geografi 2 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial / penulis, Bambang Utoyo ; penyunting, Paula Susanti . -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

3 Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Interaksi Antar Wilayah Desa dan Kota Menurut Edward Ullman



Gambar kota dan desa - wayankrish.blogspot.com

Hampir tidak mungkin untuk memisahkan antara Desa dan Kota, dari dulu kedua wilayah ini saling membutuhkan sehingga terjalin interaksi antar keduanya. Hal yang paling kentara ialah hasil pertanian berupa bahan makanan dipasok dari desa untuk dibawa ke kota.


Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya interaksi antara wilayah khususnya desa dan kota yang dikemukakan oleh Edward Ullman. Edward Ullman mengemukakan bahwa ada tiga faktor utama yang mendasari atau mempengaruhi timbulnya interaksi antarwilayah, yaitu sebagai berikut.

1. Adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi (regional complementarity)

Adanya hubungan wilayah yang saling melengkapi dimungkinkan karena adanya perbedaan wilayah dalam ketersediaan dan kemampuan sumber daya. Di satu pihak ada wilayah yang surplus, sedangkan pada wilayah lainnya kekurangan sumber daya seperti hasil tambang, hutan, pertanian, barang industri, dan sebagainya. Keadaan ini mendorong terjadinya interaksi yang didasarkan saling membutuhkan.

2. Adanya kesempatan untuk saling berintervensi (interventing opportunity)

Kesempatan berintervensi dapat diartikan sebagai suatu kemungkinan perantara yang dapat menghambat timbulnya interaksi antarwilayah atau dapat menimbulkan suatu persaingan antarwilayah. Sebagai contoh, antara wilayah A dan B sangat mungkin terjali hubungan timbal balik, sebab A kelebihan sumber daya X dan kekurangan sumber daya Y, sedangkan keadaan di B sebaliknya.

Namun karena kebutuhan masing-masing wilayah itu secara langsung telah dipenuhi oleh wilayah C, maka interaksi antara wilayah A dan B menjadi lemah. Dalam hal ini wilayah C berperan sebagai alternatif pengganti suatu sumber daya bagi wilayah A atau wilayah B.

3. Adanya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability)

Faktor lainnya yang mempengaruhi pola interaksi antarwilayah ialah adanya kemudahan pemindahan dalam ruang, baik proses pemindahan manusia, barang, maupun informasi. Adanya kemudahan pemindahan dalam ruang sangat bergantung pada hal-hal berikut:

  • jarak mutlak dan relatif antarwilayah;
  • biaya angkut atau transport untuk memindahkan manusia, barang, dan informasi dari satu tempat ke tempat lain;
  • kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi antarwilayah, seperti kondisi jalan, relief wilayah, jumlah kendaraan sebagai sarana transportasi, dan sebagainya.
Sumber referensi: Memahami Geografi 3 SMA/MA : Untuk Kelas XII, Semester 1 dan 2 Program Ilmu Pengetahuan Sosial / Oleh Bagja Waluya ; editor, Gurniwan Kamil Pasya ; illustrator, Tim Redaksi. — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Penjelasan Tentang Warna Pada Peta



Peta [image by club.iyaa.com], 

Pasti teman-teman pernah melihat peta, apakah itu peta yang terdapat pada buku peta (atlas) atau peta yang biasa ditempel pada dinding-dinding kelas disekolahmu. Pada umumnya kebanyakan peta mempunyai warna-warna yang membedakan antara daerah perairan dan daratan, dataran tinggi atau dataran rendah.

Banyak makna atau arti yang dapat kita ketahui dari adanya warna pada peta tersebut, penggunaan simbol warna untuk kenampakan geografis pada peta . Misalnya, penggunaan warna hijau pada peta rupa bumi berbeda maknanya jika digunakan pada peta iklim.

Berikut ini dijelaskan secara singkat penggunaan warna pada peta:
  1. Kenampakan hipsografi atau relief muka bumi, menggunakan warna dasar coklat, dari coklat muda sampai coklat tua. Makin tua warna coklat makin tinggi letak suatu tempat dari permukaan laut. Lihat pada contoh peta di atas, warna coklat tua digunakan untuk daerah pegunungan.
  2. Kenampakan hidrografi atau wilayah perairan (sungai, danau, laut), menggunakan warna dasar biru, dari biru muda (hampir putih) sampai biru tua (kehitaman). Makin tua warna biru makin dalam letak suatu tempat dari permukaan air laut. Perhatikan contoh peta, warna biru muda digunakan untuk laut dangkal dan warna biru tua untuk laut dalam.
  3. Kenampakan vegetasi (hutan, perkebunan), menggunakan warna dasar hijau. Warna hijau juga digunakan untuk menggambarkan wilayah dataran rendah.
  4. Kenampakan hasil budaya manusia (misal; jalan, kota, pemukiman, batas wilayah, pelabuhan udara), menggunakan warna merah dan hitam. Jalan raya dan kota biasanya digambarkan dengan simbol berwarna merah. Jalan kereta api, batas wilayah dan pemukiman, biasanya digambarkan dengan simbol berwarna hitam.
  5. Warna putih pada peta juga digunakan untuk menggambarkan kenampakan es di permukaan bumi, misalnya es di kutub utara dan selatan pada Peta Dunia.

Penggunaan simbol warna pada peta akan lebih indah dilihat dan kenampakan yang ingin disajikan juga kelihatan lebih jelas. Tidak ada peraturan yang baku mengenai penggunaan warna dalam peta. Jadi, penggunaan warna adalah bebas, sesuai dengan maksud atau tujuan si pembuat peta, dan kebiasaan umum.

Contohnya: untuk laut atau danau digunakan warna biru; untuk temperatur (suhu) digunakan warna merah atau coklat; untuk curah hujan digunakan warna biru atau hijau; daerah pegunungan tinggi/dataran tinggi (2000 - 3000 meter) digunakan warna coklat tua; Untuk dataran rendah (pantai) ketinggian 0 – 200 meter dari permukaan laut digunakan warna hijau.

Sumber referensi: Memahami Geografi 3 SMA/MA : Untuk Kelas XII, Semester 1 dan 2 Program Ilmu Pengetahuan Sosial / Oleh Bagja Waluya ; editor, Gurniwan Kamil Pasya ; illustrator, Tim Redaksi. — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya: