Penjelasan Mengenai Iklim Junghuhn



Penjelasan Mengenai Iklim Junghuhn [Image by www.slideshare.net],

Seperti halnya Schmidt dan Ferguson, untuk keperluan pola pembudidayaan tanaman perkebunan, seperti tanaman teh, kopi, dan kina, seorang ahli Botani dari Belanda bernama Junghuhn membuat penggolongan iklim khususnya di negara Indonesia terutama di Pulau Jawa berdasarkan pada garis ketinggian.


Indikasi tipe iklim adalah jenis tumbuhan yang cocok hidup pada suatu kawasan. Junghuhn membagi lima wilayah iklim berdasarkan ketinggi an tempat di atas permukaan laut sebagai berikut ini.

  1. Zone Iklim Panas, antara ketinggian 0–700 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan di atas 22°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami padi, jagung, tebu, dan kelapa.
  2. Zone Iklim Sedang, antara ketinggian 700–1.500 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan antara 15°C–22°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami komoditas perkebunan teh, karet, kopi, dan kina.
  3. Zone Iklim Sejuk, antara ketinggian 1.500–2.500 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan antara 11°C–15°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami komoditas hortikultur seperti sayuran, bunga-bungaan, dan beberapa jenis buah-buahan.
  4. Zone Iklim Dingin, antara ketinggian 2.500–4.000 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan kurang dari 11°C. Tumbuhan yang masih mampu bertahan adalah lumut dan beberapa jenis rumput.
  5. Zone Iklim Salju Tropis, pada ketinggian lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut.
Sumber pustaka: BSE (Buku Sekolah Elektronik) Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo ; penyunting, Paula Susanti . -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Penjelasan Mengenai Iklim Schmidt-Ferguson



Penjelasan Mengenai Iklim Schmidt-Ferguson [Image by ustadzklimat.blogspot.com],

Khusus untuk keperluan dalam bidang pertanian dan perkebunan, Schmidt dan Ferguson membuat penggolongan iklim khusus daerah tropis. Dasar pengklasifikasian iklim ini adalah jumlah curah hujan yang jatuh setiap bulan sehingga diketahui rata-rata bulan basah, lembap, dan bulan kering.


Bulan kering adalah bulan-bulan yang memiliki tebal curah hujan kurang dari 60 mm, bulan lembap adalah bulan-bulan yang memiliki tebal curah hujan antara 60 mm–100 mm. Bulan basah adalah bulan-bulan yang memiliki tebal curah hujan lebih dari 100 mm.

Seperti halnya klasifikasi iklim menurut Vladimir Koppen, sistem klasifikasi penggolongan iklim menurut Schmidt-Ferguson menggunakan sistem huruf yang didasarkan atas nilai Q, yaitu persentase perbandingan rata-rata jumlah bulan basah dan bulan kering.

Ketentuan dari sistem klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson adalah sebagai berikut.
  1. Tipe Iklim A (sangat basah), jika nilai Q antara 0%–14,33%.
  2. Tipe Iklim B (basah), jika nilai Q antara 14,33%–33,3%.
  3. Tipe Iklim C (agak basah), jika nilai Q antara 33,3%–60%.
  4. Tipe Iklim D (sedang), jika nilai Q antara 60%–100%.
  5. Tipe Iklim E (agak kering), jika nilai Q antara 100%–167%.
  6. Tipe Iklim F (kering), jika nilai Q antara 167%–300%.
  7. Tipe Iklim G (sangat kering), jika nilai Q antara 300%–700%.
  8. Tipe Iklim H (kering sangat ekstrim), jika nilai Q lebih dari 700%.
Sumber pustaka: BSE (Buku Sekolah Elektronik) Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo ; penyunting,Paula Susanti . -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Penjelasan Mengenai Iklim Koppen



Penjelasan Mengenai Iklim Koppen [Image by kataloggeografi.blogspot.com],

Seorang ahli klimatologi dari Universitas Graz Austria, Wladimir Koppen (1918) mencoba membuat sistem peng golongan iklim dunia berdasarkan unsur-unsur cuaca, meliputi intensitas, curah hujan, suhu, dan kelembapan. Klasifikasi iklim Koppen menggunakan sistem huruf.


Huruf pertama dalam sistem klasifikasi iklim Koppen terdiri atas 5 huruf kapital yang menunjukkan karakter suhu atau curah hujan. Kelima jenis iklim tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Iklim A (Iklim tropis), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terdingin masih lebih dari 18°C. Adapun rata-rata kelembapan udara senantiasa tinggi.
  2. Iklim B (Iklim arid atau kering), ditandai dengan rata-rata proses penguapan air selalu tinggi dibandingkan dengan curah hujan yang jatuh, sehingga tidak ada kelebihan air tanah dan tidak ada sungai yang mengalir secara permanen.
  3. Iklim C (Iklim sedang hangat atau mesothermal), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terdingin adalah di atas -3°C, namun kurang dari 18°C. Minimal ada satu bulan yang melebihi ratarata suhu di atas 10°C. Iklim C ditandai dengan adanya empat musim (spring, summer, autumn, dan winter).
  4. Iklim D (Iklim salju atau mikrothermal), ditandai dengan ratarata suhu bulan terdingin adalah kurang dari –3°C.
  5. Iklim E (Iklim es atau salju abadi), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terpanas kurang dari 10°C. Di kawasan iklim E tidak terdapat musim panas yang jelas.
Huruf kedua menunjukkan tingkat kelembapan, tingkat kekeringan, atau kebekuan wilayah. Untuk tipe iklim A, C, dan D huruf keduanya antara lain:
  1. Huruf f menunjukkan lembap, ditandai dengan curah hujan cukup setiap bulan dan tidak terdapat musim kering;
  2. Huruf w menandai periode musim kering jatuh pada musim dingin (winter);
  3. Huruf s menandai periode musim kering jatuh pada musim panas (summer);
  4. Huruf m menunjukkan muson, ditandai dengan adanya musim kering yang jelas walaupun periodenya pendek.
Khusus untuk tipe iklim B, huruf keduanya adalah:
  1. Huruf s (steppa atau semi arid), ditandai dengan rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 380 mm - 760 mm, dan
  2. Huruf w (gurun atau arid), ditandai dengan rata-rata curah hujan tahunan kurang dari 250 mm.
Khusus untuk tipe iklim E, huruf keduanya adalah:
  1. Huruf t artinya tundra;
  2. Huruf f artinya salju abadi (senantiasa tertutup es);
  3. Huruf h artinya iklim salju pegunungan tinggi.
Kombinasi dari kedua kelompok huruf dalam sistem penggolongan iklim Koppen adalah sebagai berikut.
  1. Af artinya iklim hutan hujan tropis.
  2. Aw artinya iklim savana tropis.
  3. Am artinya pertengahan antara iklim hutan hujan tropis dan savana.
  4. BS artinya iklim steppa.
  5. BW artinya iklim gurun.
  6. Cw artinya iklim mesothermal lembap (iklim hujan sedang) dengan winter yang kering.
  7. Cs artinya iklim mesothermal lembap (iklim hujan sedang) dengan summer yang kering.
  8. Cf artinya iklim mesothermal lembap (iklim hujan sedang) dan lembap sepanjang tahun.
  9. Df artinya iklim mikrothermal lembap (iklim hutan salju dingin) dan lembap sepanjang tahun.
  10. Dw artinya iklim mikrothermal lembap (iklim hutan salju dingin) dengan winter yang kering.
  11. ET artinya iklim tundra.
  12. EF artinya iklim kutub (senantiasa beku).
  13. EH artinya iklim salju pegunungan tinggi.
Sumber : BSE (Buku Sekolah Elektronik) Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo ; penyunting, Paula Susanti . -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Penjelasan Mengenai Iklim Matahari



Penjelasan Mengenai Iklim Matahari [Image by geograph88.blogspot.com],

Sistem penggolongan iklim Matahari didasarkan atas gerakan semu tahunan Matahari antara lintang 23½°LU–23½°LS. Daerahdaerah yang terletak di antara garis lintang tersebut menerima intensitas penyinaran Matahari yang maksimal, sehingga rata-ratasuhu udara harian dan tahunannya tinggi.


Adapun wilayah-wilayah lainnya mendapat penyinaran Matahari secara bervariasi. Oleh karena itu, dalam sistem klasifikasi iklim Matahari, posisi lintang suatu tempat sangat menentukan tipe iklimnya. Iklim Matahari disebut juga iklim pasti karena letak garis lintang sudah pasti tidak berubah-ubah.

Iklim Matahari merupakan iklim yang penentuannya berdasarkan banyaknya sinar Matahari yang diterima oleh Bumi. Daerah yang paling banyak mendapatkan sinar panas Matahari adalah daerah yang terletak antara 0°–23,5°LU dan 0°–23,5°LS. Dengan adanya gerak semu Matahari, daerah ini mendapat panas yang tinggi sepanjang tahun.

Daerah yang letaknya semakin jauh dari katulistiwa mendapatkan panas Matahari yang semakin sedikit. Oleh karena itu, semakin tinggi garis lintang, daerah tersebut semakin dingin. Daerah iklim Matahari terbagi atas:

  1. Iklim tropis (panas), antara 23,5°LU–23,5°LS;
  2. Iklim subtropis (daerah transisi), antara 23,5°LU–40°LU dan 23,5°LS–40°LS;
  3. Iklim sedang, antara 40°LU–66,5°LU dan 40°LS–66,5°LS;
  4. Iklim dingin (kutub), antara 66,5°LU–90°LU dan 66,5°LU– 90°LU.
Sumber pustaka : BSE (Buku Sekolah Elektronik) Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo ; penyunting, Paula Susanti . -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Macam-Macam Hujan Berdasarkan Proses kejadiannya



Macam-Macam Hujan Berdasarkan Proses kejadiannya

Hujan merupakan salah satu siklus alam dimana proses terjadinya dapat dalam beebrapa cara. Hujan terjadi akibat adanya penguapan, yang kemudian terjadi pengembunan dan membentuk kumpulan titik-titik air di udara (awan).


Setelah kandungan titik-titik air di awan tadi makin banyak dan semakin berat, maka turunlah hujan. Besarnya curah hujan dapat diukur dengan menggunakan rain gage, ombrometer atau ombrograf. Berdasarkan proses kejadiannya, kita mengenal tiga macam macam hujan, yaitu sebagai berikut.

1. Hujan Orografis

Hujan orografis merupakan salah satu macam hujan dimana hujan ini terjadi akibat gerakan massa udara yang mengandung uap air terhalang oleh gunung atau pegunungan sehingga dipaksa naik ke lereng pegunungan. Sampai pada ketinggian tertentu, kelembapan relatifnya mencapai 100% sampai terbentuk awan.

Kumpulan awan itu kemudian dijatuhkan sebagai hujan orografis. Massa udara yang telah kering karena kadar airnya telah dijatuhkan sebagai hujan ini, terus bergerak menuruni lereng daerah bayangan hujan disebut sebagai angin fohn.

2. Hujan Zenithal (konveksi)

Hujan zenithal (konveksi) merupakan salah satu macam hujan yang proses kejadiannya akibat massa udara yang banyak mengandung uap air naik secara vertikal. Pada daerah ini, awan terbentuk akibat pemanasan materi sehingga terjadi kenaikan massa udara ke atmosfer secara vertikal, sampai pada ketinggian tertentu kelembapan relatifnya mencapai 100%.

Kumpulan awan itu kemudian dijatuhkan sebagai hujan konveksi. Jenis hujan ini banyak terjadi di daerah doldrum (antara 10°LU–10°LS), di mana massa angin passat naik secara vertikal.

3. Hujan Frontal

Hujan frontal merupakan salah satu macam hujan yang dimana proses kejadiannya akibat pertemuan massa udara panas dengan massa udara dingin. Akibat pertemuan massa udara yang berbeda temperaturnya maka pada bidang frontnya terjadi kondensasi dan terbentuk awan badai siklon, kemudian dijatuhkan sebagai hujan frontal.

Jenis hujan ini terjadi di daerah lintang sedang (antara 35°LU–65°LU dan 35°LS–65°LS), akibat pertemuan massa udara panas (angin barat) dan massa udara kutub (angin timur). Iulah penjelasan singkat mengenai macam-macam hujan yang kami kutip dari sumber yang tertera dibawah ini, semoga penjelasan ini dapat menambah pengetahuan kita mengenai bagaimana proses terjadinya hujan.


Like, Share, dan Subscribe yah teman. :)



Sumber pustaka : BSE (Buklu Sekolah Elektronik) Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo ; penyunting, Paula Susanti . -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Pengelompokan Awan Berdasarkan Bentuk dan Ketinggiannya



Pengelompokan Awan Berdasarkan Bentuk dan Ketinggiannya

Berdasarkan bentuknya, awan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok utama, yaitu (1) Cirrus, yaitu awan yang bentuknya halus seperti kapas; (2) Cumulus, yaitu awan yang bergumpal-gumpal seperti bulu domba; dan (3) Stratus, yaitu awan yang berlapis-lapis.


Berdasarkan ketinggiannya kita mengenal empat kelompok utama, yaitu sebagai berikut.
  1. Awan tinggi, yang terletak antara 6.000–12.000 meter diatas permukaan Bumi, seperti Cirrus, Cirrostratus, dan Cirrocumulus.
  2. Awan pertengahan, yang terletak pada ketinggian antara 2.000 – 6.000 meter di atas permukaan Bumi, misalnya Altostratus dan Altocumulus.
  3. Awan rendah, yang terletak pada ketinggian kurang dari 2.000 meter di atas permukaan Bumi, misalnya Cumulus,Nimbostratus.
  4. Fog atau kabut, yaitu awan yang letaknya sangat dekat dengan permukaan Bumi, baik di wilayah daratan maupun perairan.
Sumber pustaka : BSE (Buku Sekolah Elektronik) Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo ; penyunting, Paula Susanti . -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Bunyi hukum Buys Ballot Berkaitan Dengan Gerakan Angin



hukum buys ballot yang berkaitan dengan angin
Hukum buys ballot yang berkaitan dengan angin

Berkaitan dengan gerakan angin, seorang ahli ilmu cuaca dari Prancis Buys Ballot mengemukakan dua pernyataan yang dikenal dengan hukum Buys Ballot. Adapun bunyi hukum tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Angin adalah massa udara yang bergerak dari daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum.
  2. Di Belahan Bumi Utara (BBU), arah gerakan angin dibelokkan ke kanan, sedangkan di Belahan Bumi Selatan (BBS) arah angin dibelokan ke kiri.


Pembelokan arah angin seperti dikemukakan tersebut adalah adanya gaya coriolis akibat dari rotasi Bumi. Secara umum, sirkulasi gerakan angin di muka Bumi dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu angin umum dan angin lokal.

Angin umum adalah gerakan massa udara yang senantiasa berembus sepanjang tahun dan meliputi wilayah yang luas, meliputi Angin Passat, Angin Muson, Angin Barat, dan Angin Timur. Angin lokal adalah jenis angin yang hanya berhembus di wilayah-wilayah dan waktu-waktu tertentu saja.

Beberapa contoh angin lokal antara lain angin darat-angin laut, angin gunung-angin lembah, angin siklon-angin antisiklon, dan angin fohn.

Sumber pustaka : BSE (Buku Sekolah Elektronik) Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo ; penyunting, Paula Susanti . -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.


Materi Lainnya:

Gejala Optik yang Terjadi di Atmosfer



Ada beberapa gejala optik yang terjadi di atmosfer, antara lain pelangi, halo, dan aurora. Ketiga gejala tersebut sebenarnya bukan merupakan dinamika cuaca, melainkan sebagai akibat proses-proses alam yang terjadi di atmosfer.


Berikut ini beberapa gejala-gejala optik yang terjadi di Atmosfir, yaitu :
1. Pelangi
Pelangi [Image by ngulik.co], 
Gejala optik pelangi terjadi akibat proses pembiasan sinar Matahari oleh titik-titik air hujan sehingga terurai menjadi berkas warna (spektrum warna).

2. Halo
Halo [Image by dennysitohang.wordpress.com], 

Halo merupakan lingkaran sinar putih yang terletak di sekeliling Matahari atau bulan, tetapi yang paling sering kita lihat adalah halo yang melingkari bulan karena pada malam hari keadaannya gelap.

Ketampakan alam ini terjadi akibat proses pembiasan sinar bulan oleh kristal-kristal es yang terkonsentrasi dalam jenis awan-awan tinggi seperti Cirrus atau Cirrocumulus. Halo pada umumnya terlihat dengan jelas ketika bulan bersinar terang, setelah sore harinya terjadi hujan.

3. Aurora
Aurora [Image by www.independent.ie], 

Gejala optik ketiga yang terjadi di atmosfer adalah aurora atau cahaya kutub, yaitu berkas cahaya yang bersinar pada malam hari dan sangat jelas terlihat di wilayah-wilayah sekitar lingkaran kutub (antara lintang 66½o - 90o, baik lintang utara maupun lintang selatan). Aurora yang bersinar di wilayah Kutub Utara dinamakan Aurora Borealis, sedangkan di Kutub Selatan dinamakan Aurora Australis.

Aurora terjadi akibat pemancaran atom dari sinar Matahari yang dipusatkan ke arah kutub karena berada di daerah medan magnet Bumi. Atom-atom dalam sinar Matahari ini akhirnya terurai menjadi molekul-molekul atau atom-atom gas yang bercahaya karena proses ioniasi berenergi tinggi. Pengobaran atau pemijaran partikel-partikel sinar Matahari ini terlihat dari Bumi sebagai cahaya kutub.

Sumber pustaka : Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo ; penyunting, Paula Susanti . -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Ciri dan Karakteristik Negara Maju



Ciri dan Karakteristik Negara Maju
Negara maju disebut negara industri karena perekonomiannya dari kegiatan perindustrian. Negara maju mempunyai pendapatan per kapita yang cukup tinggi, bahkan mampu member bantuan pinjaman kepada negara-negara yang membutuhkan, termasuk negara-negara berkembang.

Negara maju meliputi Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Jerman, Belanda, Kanada, dan Jepang yang tergabung dalam kelompok G7. Suatu negara dapat dikatakan sebagai negara maju apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Baca juga informasi lainnya yang berhubungan dengan Negara dibawah ini:
  • Modal besar,
  • Penguasaan teknologi tinggi dan canggih,
  • Kualitas sumber daya manusia tinggi,
  • Pemasaran mencakup dalam dan luar negeri,
  • Produktivitas dan daya saing tinggi,
  • Pendapatan per kapita tinggi.
  • Keadaan kuantitas dan kulitas makanan baik


  • Tingkat pendidikan yang baik
  • Penduduknya lebih banyak bekerja pada sektor industri dari pada pertanian
  • Rata-rata usia hidupnya lebih baik dan persentasi buta hurufnya lebih rendah
  • Ekonomi ekspornya tidak bergantung pada produk primer.
  • Jumlah penduduk relatif rendah dengan tingkat kelahiran yang rendah.
  • Negara maju lebih lama merasakan kemerdekaan
  • Memiliki taraf kehidupan yang lebih tinggi
IMF dan Bank Dunia menggolongkan suatu negara di dunia ke dalam negara maju sebagai berikut.
  • Negara Anggota Uni Eropa: Austria, Belgia, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Irlandia, Italia Luxemburg, Belanda, Potugal, Spanyol , Swedia, dan Inggris.
  • Negara Non-Uni Eropa: Andorra, Islandia, Lieschtenstein, Monaco, Norwegia, San Marino, Swiss, dan Vatikan.
  • Negara bukan Eropa: Australia, Kanada, Israel, Jepang, Selandia Baru, dan Amerika Serikat.
Faktor-faktor lain yang turut membentuk suatu negara menjadi negara maju ataupun masih menjadi negara berkembang adalah sebagai berikut.
  1. Tingkat hubungannya dengan negara-negara lain dalam percaturan dunia internasional.
  2. Kondisi alam negara itu sendiri (kondisi geologis, letak dan posisi geografis, kekayaan alam (SDA), serta aspek luas negara).
  3. Kondisi kependudukan negara itu sendiri (sejarah negara, jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, dan keragaman etnis).
  4. Stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan negara itu sendiri.
Suatu negara dapat meningkat dari semula sebagai negara berkembang menjadi negara maju apabila dapat meningkatkan:
  1. bidang pendidikan dan teknologi guna meningkatkan peluang dan kesempatan kerja bagi para warga negaranya.
  2. bidang mental ideologi serta rasa kebangsaan yang tinggi sehingga tercipta semangat kerja yang produktif melalui kedisiplinan yang tinggi, tanggung jawab, ketekunan, serta keuletan pemerintah dan warganya dalam melaksanakan pembangunan.
Masalah yang dihadapi negara maju tidak serumit di negara berkembang. Masalah utama yang dihadapi negara maju adalah kekurangan bahan mentah, meliputi minyak bumi, batu bara, dan lain-lain. 


Sumber pustaka :Ilmu Pengetahuan Sosial 3 : Untuk SMP/MTs Kelas ix / Danang Endarto…[et al] ; penyunting, Achmad Buchory, llustrator, Purwanto . — Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Penjelasan Tentang Potensi Nonfisik Desa



Penjelasan Tentang Potensi Nonfisik Desa [Image by www.forumpwi.com],

Selain potensi fisik, desa juga mempunyai potensi nonfisik. Potensi nonfisik ini merupakan potensi yang berhubungan dengan Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh masyarakat atau penduduk yang tinggal pada desa tersebut, serta pemerintahan yang terdapat pada desa tersebut.

Berikut ini beberapa potensi nonfisik yang umumnya terdapat pada sebuah desa.
1. Masyarakat desa

Penduduk desa merupakan potensi bagi desa itu sendiri. Penduduk desa akan mengolah potensi sumber daya yang dimiliki desanya. Suatu wilayah desa yang mempunyai jumlah penduduk banyak dengan berbagai keterampilan akan memberikan sumbangan bagi pendapatan desa tersebut.

2. Lembaga sosial desa

Lembaga sosial desa, seperti pendidikan, adat, koperasi, dan lembaga lainnya dapat memberikan bantuan dan mendukung kegiatan penduduk desa.

3. Aparatur dan pamong desa

Aparatur yang jujur, disiplin, dan kreatif merupakan motor penggerak pembangunan di desa. Dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 akan terwujud penyelenggaraan pemerintah desa yang tertib, berdaya guna, dan berhasil guna dalam mengelola pembangunan.

Sumber pustaka : Nuansa Geografi 3 : untuk SMA / MA Kelas XII / penulis, Saptanti Rahayu, Eny Wiji Lestari, Maryadi ; editor, Sri Milangsih. — Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Macam-Macam Pola Keruangan Desa



Macam-Macam Pola Keruangan Desa [Image by www.forumpwi.com],

Menurut UU Nomor 5 Tahun 1979 Pasal 1, Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Secara umum, pola keruangan desa terdapat tiga macam yaitu sebagai berikut.
1. Pola menyebar (Open Country or Tride Center Community)

Merupakan Pola menyebar terdapat di desa yang daerahnya homogen dengan kesuburan yang tidak merata. Pola penyebaran dapat terlihat dari rumah-rumah penduduk yang tersebar didaerah pertaniannya. Antara perumahan yang satu dengan yang lainnya terdapat jalur lalu lintas untuk keperluan bidang perdagangan.

2. Pola linier / memanjang (Line Village Community)

Merupakan Pola memanjang pada umumnya terletak di sepanjang sungai, pantai, atau jalan. Pola memanjang dapat terlihat dari rumah-rumah penduduk membentuk suatu deretan memanjang yang terletak dikanan dan kiri sungai atau jalan raya. Tanah pertanian biasanya terletak dibelakang perumahannya.

3. Pola mengelompok (Nucleated Agricultural Village Community)

Merupakan Pada umumnya terletak di daerah pertanian yang subur. Pola mengelompok dapat terlihat dari rumah-rumah penduduk yang terletak menggerombol berdekatan dengan tanah pertanian yang jauh dari perumahannya.

Sumber pustaka :
  • Nuansa Geografi 3 : untuk SMA / MA Kelas XII / penulis, Saptanti Rahayu, Eny Wiji Lestari, Maryadi ; editor, Sri Milangsih. — Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
  • Geografi 3 : Untuk SMA/MA Kelas XII / Oleh Danang Endarto ; penyunting, Titik Haryanti ; ilustrasi, Haryana Humardani, Cahyo Muryono. -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Pengertian dan Ciri-Ciri Desa



Pengertian dan Ciri-Ciri Desa [Image by www.forumpwi.com],

Berikut ini macam-macam pengertian desa menurut penjelasan para ahli dan menurut UUD, sebagai berikut.


1. Pasal 1 UU Nomor 5 Tahun 1979

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan kata lain, desa adalah unit pemerintahan yang secara langsung berada di bawah kecamatan, sedangkan kelurahan mempunyai ciri-ciri:
  • memiliki wilayah tertentu,
  • memiliki sistem masyarakat sendiri,
  • memiliki pemerintahan sendiri,
  • memiliki kebiasaan-kebiasaan tersendiri dalam pergaulan, dan
  • keberadaannya langsung di bawah kecamatan.
2. Prof. Bintarto

Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di suatu daerah di dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.

3. Paul H. Landis
Seorang ahli geografi dari Amerika mengemukakan desa sebagai suatu wilayah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri:
  • memiliki pergaulan hidup yang saling kenal,
  • pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan,
  • mata pencaharian agraris karena sangat dipengaruhi oleh keadaan alam, seperti iklim dan kekayaan alam, dan
  • pekerjaan-pekerjaan nonagraris merupakan pekerjaan sampingan.

Adapun pengertian kelurahan adalah wilayah yang ditempati penduduk di bawah camat dan tidak berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri. Terdapat kemiripan antara kelurahan dan desa tetapi tidak sama karakteristiknya.

Sumber pustaka : Nuansa Geografi 3 : untuk SMA / MA Kelas XII / penulis, Saptanti Rahayu, Eny Wiji Lestari, Maryadi ; editor, Sri Milangsih. — Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Jalur Pegunungan Lipatan Muda yang Terdapat di Muka Bumi



Jalur Pegunungan Lipatan Muda yang Terdapat di Muka Bumi [Image by lihatbumi.blogspot.com],
Salah satu akibat adanya pertemuan dua buah lempeng litosfer yaitu ditemukannya pelipatan kulit Bumi yang dikenal dengan jalur pegunungan lipatan. Dikenal tiga jalur pegunungan lipatan muda yang terdapat di muka Bumi, yaitu sebagai berikut.

1. Jalur Pegunungan Sirkum Mediteran
Rangkaian pegunungan ini memanjang mulai dari pegunungan Atlas di Maroko Afrika Utara, bersambung dengan Pegunungan Alpen di Swiss Eropa, kemudian masuk ke wilayah Asia membentuk jalur pegunungan Asia Sentral seperti Zagros, Elbruz, Sulaeman, Kunlun, Nan Shan, Altyn Tagh, dan Himalaya.
Baca juga informasi lainnya yang berhubungan dengan Gunung Api dibawah ini:
Akhirnya jalur pegunungan tersebut berbelok ke selatan dan berangkai dengan sistem pegunungan lipatan di Indonesia. Di wilayah kepulauan Nusantara, kelanjutan rangkaian Sirkum Mediteran ini terbagi menjadi dua busur pegunungan, yaitu Busur Luar dan Busur Dalam.

2. Jalur Pegunungan Sirkum Pasifik


Rangkaian pegunungan lipatan muda ini dimulai dari Pegunungan Andes di Amerika Selatan, bersambung dengan Pegunungan Rocky (Rocky Mountains) di Amerika Utara, kemudian berbelok ke Kepulauan Jepang, dan bersambung dengan Pegunungan di Filipina.

Akhirnya, jalur Sirkum Pasifik ini bercabang dua di wilayah Indonesia.
  • Cabang pertama dimulai dari Pulau Luzon bersambung dengan pegunungan di Kalimantan melalui Pulau Pahlawan dan Kepulauan Sulu.
  • Cabang kedua dimulai dari Pulau Luzon, Samar, Mindanao, Kepulauan Sangihe, dan berakhir di Pulau Sulawesi.


3. Jalur Pegunungan Lipatan Busur Australia (Busur Papua)
Rangkaian ini dimulai dari Pegunungan Alpen Australia, kemudian menyeberang ke Papua melalui ekor pulau tersebut (Papua New Guinea), melalui pantai utara Papua berakhir di Pulau Halmahera, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.


Sumber pustaka : Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo ; penyunting, Paula Susanti . -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya:

Keuntungan yang Ditimbulkan oleh Aktivitas Gunung Api



Keuntungan yang Ditimbulkan oleh Aktivitas Gunung Api [Image by oyinayashi.blogspot.com],
Di samping kerugian yang ditimbulkan oleh aktivitas gunung api, terdapat pula banyak keuntungan yang dapat diambil dari adanya gejala vulkanisme. Keuntungan ini biasanya bersifat jangka panjang serta setelah gunung api tersebut meletus.

Salah satu contoh keuntungan yang telah kita singgung pada artikel kita yang lalu yaitu tanah yang terdapat disekitar gunung api terkenal akan kesuburannya sehingga sangat cocok untuk digunakan untuk bercocok tanam dan dapat menguntungkan masyarakat yang ada disekit gunung api tersebut. 
Berikut ini keuntungan atau dampak positif lainnya dari adanya gejala vulkanisme antara lain sebagai berikut.
  • Material gunungapi yang dikeluarkan saat erupsi sangat kaya akan mineral-mineral penyubur tanah. Setelah mengalami proses pelapukan secara sempurna, bahan-bahan tersebut berubah menjadi tanah vulkanis yang subur. Jenis tanah ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk setempat menjadi areal pertanian atau perkebunan.
  • Pembekuan magma menjadi batuan beku intrusif dan ekstrusif sangat bermanfaat bagi manusia sebagai salah satu barang tambang untuk kebutuhan bahan bangunan.
  • Dalam jumlah yang banyak, endapan belerang di sekitar kawah gunungapi dapat ditambang sebagai bahan baku industri pupuk, obat-obatan, dan mesiu.
  • Uap yang dikeluarkan dari gejala panas bumi (geothermal) akibat aktivitas magmatik sering kali dimanfaatkan sebagai pem bangkit tenaga panas Bumi. Contohnya PLTP Kamojang di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
  • Pada umumnya hampir semua mineral-mineral logam seperti emas, perak, tembaga, dan timah putih sebenarnya berasal dari aktivitas vulkanisme (magma).
  • Hawa sejuk dan panorama pegunungan yang indah merupakan salah satu daya tarik sektor pariwisata, sehingga banyak penduduk yang datang berekreasi ke kawasan pegunungan.
Sumber pustaka : BSE (Buku Sekolah Elektronik) Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah / penulis, Bambang Utoyo ; penyunting, Paula Susanti . -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Materi Lainnya: